# GudangFileKOE

Kamis, 01 Juli 2010

GANGGUAN MENTAL DAN
DOWN SYNDROME
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus
Disusun oleh :
Mahdita Sekar AMY M2A OO5 048
Novita M2A 005 055
Pratiwi Wijayanti M2A 005 058
Qorizky Muharani M2A 005 061
Scholastika Gita A M2A 005 072


FAKULTAS PSIKOLOGI, UNVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG 2007


BAB I
LATAR BELAKANG

Banyak wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang jauh dari pusat kota, di mana sebagian besar penduduknya mungkin belum mengetahui banyak informasi mengenai Down Syndrome dan retardasi mental, para penderita ganggua ini mendapat perlakuan yang tidak selayaknya. Perlakuan yang tidak layak dalam konteks ini adalah mungkin dianggap ‘gila’ oleh masyarakat atau tidak mendapat perawatan yang tepat. Labeling ini lah yang menghambat proses pengoptimalisasian potensi yang dimiliki anak-anak dengan gangguan mental dan Down Syndrome. Tak jarang juga keluarga penderita juga mendapat atribusi yang tidak mengenakkan dari masyarakat.
Berkaca dari keadaan para penderita baik gangguan mental maupun Down Syndrome di luar negeri, eksistensi mereka di Indonesia pun dapat dioptimalkan. Jika di luar di negeri kita sering mendengar mereka dapat bersekolah, bekerja, bahkan di Rusia ada yang berhasil menjadi aktor, di Indonesia pun tak ada kata tidak mungkin untuk melakukannya.
Melalui makalah ini kami mencoba untuk memberi sedikit informasi mengenai karakteristik penderita, hal apa saja yang dapat kita ajarkan pada para penderita, juga penyebabnya. Dengan mengetahui penyebab gangguan, kami berharap dapat membwei wacan mengenai langkah preventif yang dapat dilakukan.


BAB II
KASUS
Tr adalah seorang anak berusia 10 tahun yang mengalami Down Syndrome. Ciri-ciri fisiknya adalah tangan kecil, dahi lebar, rambut agak pirang, lemas, dan sedikit, dahinya lebar, matanya sipit tidak punya punya kelopak, suka melongo, mengeluarkan lidah, kakinya lebar, serta kulitnya putih. Tr adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kaka pertamanya sudah menikah dan mempunyai anak, sedangkan kakak keduanya sudah lulus SMA. Karena perkembangannya yang tidak sama dengan anak seusianya, Tr cenderung menghabiskan waktunya dengan bermain seorang diri. Tr senang bermain peran sendiri dan berbicara sendiri. Bila disapa dia diam saja, tetapi bila yang memanggil keluarganya dia masih mau menyahut. Bicaranya tidak jelas, tidak ada korelasi antara kata satu dengan akat yang lainnya. Bahkan terkadang ia tidak berkata-kata, hanya menggumam. Keterampilan mengurus diri agak renadah. Kalau memakai baju, dia masih dipakaikan orang lain. Pernah terlihat memakai sendiri, tetapi bajunya terbalik-balik. Penerimaan keluarganya, baik orang tua maupun kakak-kakanya, dapat dikatakan baik. Hal itu terlihat dari cara keluarganya mengurusi dan merawat Tr. Tr pernah sekolah, akan tetapi karena tidak dapat mengikuti maka dia tidak sekolah lagi hingga sekarang.


BAB III
TEORI
A. GANGGUAN MENTAL
1. PENGERTIAN GANGGUAN MENTAL
Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental. Retardasi mental sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
1. Lemah fikiran ( Feeble-minded);
2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);
3. Bodoh atau dungu (Idiot);
4. Pandir (Imbecile);
5. Tolol (Moron);
6. Oligofrenia (Oligophrenia);
7. Mampu Didik (Educable);
8. Mampu Latih (Trainable);
9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;
10. Mental Subnormal;
11. Defisit Mental;
12. Defisit Kognitif;
13. Cacat Mental;
14. Defisiensi Mental;
15. Gangguan Intelektual
Di Amerika Serikat prevalensi gangguan ini adalah 3:100 orang (The Arc, 2001). American Psychiatric Accociation tahun 2000 (dalam Rathus, 2005, h.149-153) menyatakan penyebab dari retardasi mental dapat disebabkan oleh:
a. Sindrom down dan abnormalitas kromosom lainnya
Wade pada tahun 2000 menyatakan abnormalitas kromosom yang paling umum menyebabkan retardasi mental adalah sindrom down yang ditandai oleh adanya kelebihan kromosom atau kromosom ketiga pada pasangan kromosom ke 21, sehingga mengakibatkan jumlah kromosom menjadi 47.
Anak dengan sindrom down dapat dikenali berdasarkan ciri-ciri fisik tertentu, seperti wajah bulat, lebar, hidung datar, dan adanya lipatan kecil yang mengarah kebawah pada kulit dibagian ujung mata yang memberikan kesan sipit. Lidah yang menonjol, tangan yang kecil, dan berbentuk segi empat dengan jari-jari pendek, jari kelima yang melengkung, dan ukuran tangan dan kaki yang kecil serta tidak proporsional dibandingkan keseluruhan tubuh juga merupaka ciri-ciri anak dengan sindrom down. Hampir semua anak ini mengalami retardasi mental dan banyak diantara mereka mengalami masalah fisik seperti gangguan pada pembentukan jantung dan kesulitan pernafasan.
b. Sindrom Fragile X dan Abnormalitas genetik lainnya
Sindrom fragile X merupakan tipe umum dari retardasi mental yang diwariskan. Gangguan ini disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X. gen yang rusak berada pada area kromosom yang tampak rapuh, sehingga disebut sindrom fragile X. sindrom ini menyebabkan retardasi mental pada 1000-1500 pria dan hambatan mental pada setiap 2000-2500 perempuan. Efek dari sindrom fragile X berkisar antara gangguan belajar ringan sampai retardasi parah yang dapat menyebabkan gangguan bicara dan fungsi yang berat.
Phenylketonuria (PKU) merupakan gangguan genetik yang terjadi pada satu diantara 10000 kelahiran. Gangguan ini disebabkan adanya satu gen resesif yang menghambat anak untuk melakukan metabolisme. Konsekuensinya, phenilalanin dan turunannya asam phenilpyruvic, menumpuk dalam tubuh, menyebabkan kerusakan pada system saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental dan gangguan emosional.
c. Faktor prenatal
Penyebab retardasi mental adalah infeksi dan penyalahgunaan obat selama ibu mengandung. Infeksi yang biasanya terjadi adalah Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Penyakit ibu juga dapat menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital. Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan dapat mempengaruhi bayi melalui plasenta. Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik dan retardasi mental yang parah.
Anak-anak yang ibunya minum alkohol selama kehamilan sering lahir dengan sindrom fetal fetal, dan merupakan kasus paling nyata sebagai penyebab retardasi mental. Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan oksigen atau cedera kepala, infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis, terkena racun, seperti cat yang mengandung timah sangat berpotensi menyebabkan retardasi mental.
d. Faktor-faktor psikososial
Penyebab retardasi mental pada sebagian kasus disebabkan faktor psikososial, seperti lingkungan rumah, atau sosial yang miskin, yaitu yang tidak memberikan stimulasi intelektual, penelantaran, atau kekerasan dari orang tua dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental.
Kasus yang berhubungan dengan aspek psikososial disebut sebagai retardasi budaya-keluarga (cultural-familial retardation). Individu dalam keluarga miskin kekurangan keperluan untuk menerima pendidikan dan pengembangan keterampilan-keterampilan. Akibatnya, individu menjadi retardasi mental akibat dari kemiskinan, tidak menerima pendidikan dan larangan-larangan pada budaya tertentu untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan individu.
Menurut PPDGJ III Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya penurunan keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensi yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.

American Asociation on Mental Deficiency/AAMD mendefinisikan Retardasi mental sebagai kelainan:
1. Yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes;
2. Yang muncul sebelum usia 16 tahun;
3. Yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.

Sedangkan pengertian Retardasi mental menurut Japan League for Mentally Retarded (1992) sebagai berikut:
1. Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.
2. Kekurangan dalam perilaku adaptif
3. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.

A. PENYEBAB RETARDASI MENTAL
Retardasi mental dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Genetik.
a. Kerusakan/Kelainan Biokimiawi.
b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal Abnormalities).
c. Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 – 60, dan rata-rata mereka memliki IQ 30 – 50.
2. Pada masa sebelum kelahiran (pre-natal).
a. Infeksi Rubella (Cacar)
b. Faktor Rhesus (Rh)
3. Pada saat kelahiran (perinatal)
Retardasi mental/tunagraita yang disebabkan oleh kejadian yang terjadi pada saat kelahiran adalah luka-luka pada saat kelahiran, sesak nafas (asphyxia), dan lahir rematur.
4. Pada saat setelah lahir (post-natal)
Penyakit-penyakit akibat infeksi misalnya: Meningitis (peradangan pada selaput otak) dan problema nutrisi yaitu kekurangan gizi misalnya: kekurangan protein yang diderita bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan retardasi mental.
5. Faktor sosio-kultural.
Sosio kultural atau sosial budaya lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan intelektual manusia.
6. Gangguan Metabolisme/Nutrisi.
a. Phenylketonuria. Gangguan pada metabolisme asam amino, yaitu gangguan pada enzym Phenylketonuria.
b. Gargoylisme. Gangguan metabolisme saccharide dalam hati, limpa kecil, dan otak.
c. Cretinisme. Gangguan pada hormon tiroid yang dikenal karena defisiensi yodium.

Secara umum, Grossman et al, 1973, menyatakan penyebab retardasi mental akibat dari:
1. infeksi dan/atau intoxikasi,
2. rudapaksa dan/atau sebab fisik lain,
3. gangguan metabolisma, pertumbuhan atau gizi (nutrisi),
4. penyakit otak yang nyata (kondisi setelah lahir/post-natal),
5. akibat penyakit atau pengaruh sebelum lahir (pre-natal) yang tidak diketahui,
6. akibat kelainan kromosomal,
7. gangguan waktu kehamilan (gestational disorders),
8. gangguan pasca-psikiatrik/gangguan jiwa berat (post-psychiatrik disorders),
9. pengaruh-pengaruh lingkungan, dan
kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan.


B. KARAKTERISTIK ANAK RETARDASI MENTAL
Karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 1991; Wolery & Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 menyatakan:
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru, mempunyai kesulitan dalam mempelajari pengetahuan abstrak atau yang berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang dia pelajari tanpa latihan yang terus menerus.
2. Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak denga retardasi mental berat mempunyai ketebatasab dalam gerak fisik, ada yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun tanpa bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangatsederhana, sulit menjangkau sesuatu , dan mendongakkan kepala.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari anak retardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan dapat bermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat tidak meakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak retardasi mental berat bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya: memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dll.




C. KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL
Pengklasifikasian/penggolongan Anak Retardasi mental untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:
1. EDUCABLE
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
2. TRAINABLE
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.
3. CUSTODIAL
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.

Sedangkan penggolongan Retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar (slow learner) dengan IQ 70 – 85.
2. Retardasi mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 – 75 atau 75.
3. Tunagrahit mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 – 50 atau IQ 35 – 5
4. Retardasi mental butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan IQ dibawah 25 atau 30

Penggolongan Retardasi mental secara Medis-Biologis menurut Roan, 1979, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68 – 85).
2. Retardasi mental ringan (IQ: 52 – 67).
3. Retardasi mental sedang (IQ: 36 – 51).
4. Retardasi mental berat (IQ: 20 – 35).
5. Retardasi mental sangat berat (IQ: kurang dari 20); dan
6. Retardasi mental tak tergolongkan.

Adapun penggolongan Retardasi mental secara Sosial-Psikogis terbagi 2 (dua) kriteria yaitu: psikometrik dan perilaku adaptif.

Ada 4 (empat) taraf Retardasi mental berdasarkan kriteria psikometrik menurut skala inteligensi Wechsler (Kirk dan Gallagher, 1979, dalam B3PTKSM, p. 26), yaitu:
1. Retardasi mental ringan (mild mental retardation) dengan IQ 55 – 69.
2. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation) dengan IQ 40 –54.
3. Retardasi mental berat (severe mental tetardation) dengan IQ: 20 – 39.
4. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation) dengan IQ 20 kebawah.
5. Penggolongan anak Retardasi mental menurut kriteria perilaku adaptif tidak berdasarkan taraf inteligensi, tetapi berdasarkan kematangan sosial. Hal ini juga mempunyai 4 (empat) taraf, yaitu:
a. Ringan;
b. Sedang;
c. Berat; dan
d. Sangat Berat.




TINGKAT RETARDASI MENTAL

Derajat keparahan Perkiraan tentang IQ Jumlah penyandang Retardasi mental dalam rentang ini.
Retardasi mental ringan (mild) 50-55 sampai sekitar 70 Kira-kira 85%
Retardasi mental sedang (moderate) 35-40 sampai 50-55 10%
Retardasi mental berat (severe) 20-25 sampai 35-40 3-4%
Retardasi mental parah (profound) Di bawah 20-25 1-2%

TINGKAT RETARDASI MENTAL, PERKIRAAN RENTANG IQ, DAN JENIS TINGKAH LAKU ADAPTIF YANG TERLIHAT
Perkiraan rentang skor IQ Usia prasekolah 0-5 tahun
kematangan&perkembangan Usia sekolah 6-21 tahun
Pelatihan dan pendidikan
Ringan 50-70 Sering terlihat tidak memiliki gangguan tetapi lambat dalam berjalan, makan sendiri dan bicara dibanding anak-anak lainnya Menguasai keterampilan praktis serta kemampuan membaca dan aritmatika sampai kelas 3-6 SD dengan pendidikan khusus. Dapat diarahkan pada konformitas sosial.
Sedang 35-49 Keterlambatan yang nyata pada perkembangan motorik, terutama dalam bicara ; berespon terhadap pelatihan dalam berbagai aktivitas self help Dapat mempelajari komunikasi sederhana, perawatan kesehatan dan keselamatan dasar, serta keterampilan tangan sederhana; tidak mengalami kemajuan dalam fungsi membaca atau aritmatika
Berat 20-34 Ditandai dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan motorik, kemampuan komunikasi yang minim atau tidak ada sama sekali; dapat berespon terhadap pelatihan self help mendasar misalnya makan sendiri. Biasanya mampu berjalan, tetapi memiliki ketidakmampuan yang spesifik; dapat mengerti pembicaraan dan memberikan respon; tidak memiliki kemajuan dalam kemampuan membaca atau aritmatika
Parah dibawah 20 Retardasi motorik kasar; kapasitas minimal untuk berfungsi pada area sensori motor; membutuhkan bantun rawat Keterlambatan yang terlihat jelas dalam semua area perkembangan; dapat menunjukkan respon emosional dasar; mungkin berespon terhadap pelatihan keterampilan dengan menggunakan kaki, tangan, dan rahang;memerlukan supervisi/ pengawasan yang ketat


SINDROM DOWN (DOWN SYNDROME)
A. Pengertian Sindrom Down
Down syndrome pertama kali dideskripsikan dan dipublikasikan oleh John Langdom Down pada tahun 1886, namun baru sekitar awal tahun 1960-an ditemukan diagnosis pastinya setelah penelitian pada kromosom penderita yang diduga mengalami down syndrome.
Ciri dan karakteristik fisik yang nampak dari penderita down syndrome antara lain bagian belakang kepala rata (flattening of the back of the head), mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis mata miring (slatning of the eyelids), telinga lebih kecil, mulut yang mungil,otot lunak, persendian longgar (loose ligament) dan tangan serta kaki mungil.
Masalah-masalah kesehatan yang sering dialami anak yang menderita down syndrome antara lain :
1. sakit jantung berlubang
2. mudah mendapat salesma, radang tenggorok, radang paru-paru
3. kurang pendengaran
4. lambat/bermasalah dalam bertutur
5. penglihatan kurang jelas
B. Klasifikasi Down Syndrome
Berdasarkan tipe gangguan kromosom yang ditemukan, down syndrome dibagi menjadi :
1. Non disjunction
Tipe ini paling banyak terjadi dan dialami oleh penderita down syndrome. Penyebabnya adalah terdapat kelebihan kromosom pada sel telur yang seharusnya 23 menjadi 24, penambahan terjadi pada kromosom 22. Hal ini mengakibatkan distribusi kromosom pada waktu pembelahan sel tidak merata. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hal ini terjadi antara lain :
a. Genetik, peningkatan resiko berulang pada keluarga dengan penderita down syndrome
b. Radiasi, yang terjadi di daerah perut ibu sebelum melakukan konsepsi yang mempengaruhi terhadap jumlah kromosom ibu.
c. Umur ibu, yaitu ibu yang mendekati masa menopause lebih besar terkena resiko down syndrome pada anak yang dikandungnya.
2. Mozaikisme
Sama seperti non disjunction, pnyebab utamanya adalah karena distribusi kromosom tidak merata saat terjadi pembelahan sel. Perbedaannya pada mozaikisme, distribusi kromosom tadi terjadi setelah pembuahan normal dan tidak disebabkan oleh faktor herediter sehingga tidak semua gejala down syndrome akan terlihat, tergantung dari banyaknya sel yang normal dalam tubuh.
3. Translokasi
Translokasi dapat diturunkan secara herediter. Kebanyakan adalah translokasi Robertsonian, yaitu adanya pelekatan lengan panjang kromosom 14, 21, atau 22. Translokasi kromosom 21 ke dalam kromosom lainnya atau translokasi dalam bentuk bergandengan sangat panjang.
C. Penyebab
Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21. manusia memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua) melainkan tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata lain down syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah. Akibatnya, terjadi gangguan sistem metabolisme di dalam sel .
Hubungan seks (coitus) yang dilakukan saat pasangan atau salah satu pasangan stres, bisa menghasilkan keturunan (anak) yang kelak mengidap down syndrome. Hipotesa itu diungkapkan ahli penyakit down syndrome Dr. Dadang Syarief Effendi "Pada saat coitus atau hubungan seks dimungkinkan terjadi pembuahan. Namun, jika hubungan seks dilakukan dalam kondisi stres, pada saat pembuahan proses pembelahan kromosom terjadi secara tidak sempurna. Secara normal, manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 membelah menjadi tiga bagian (trisomi). Padahal pada mutasi yang normal, kromosom tersebut seharusnya membelah menjadi dua bagian," katanya.
Selain stres, melahirkan di usia tua juga bisa menyebabkan anak yang dilahirkan mengidap down syndrome. Mutasi gen pada saat sperma dan ovum bertemu, menyebabkan hasil pembuahan terkena down syndrome.

contoh USG janin yang diprediksi mengalami Down Syndrome
D. Karakteristik
1. Bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head),
2. Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata,
3. Alis mata miring (slanting of the eyelids),
4. Telinga lebih kecil, sehingga mudah terserang infeksi
5. Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Di samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi yang berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.
6. Otot lunak,
7. Persendian longgar (loose ligament),
8. Tangan mungil ruas jari kelingking mereka kadang tumbuh meiring atau malah tidak ada sama sekali
9. Di telapak tangan mereka terdapat garis melintang yang disebut simian crease
10. Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki mereka, yaitu di telunjuk dan ibu jari yang cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari yang berjauhan itu disebut juga sandal foot.
11. Hidung mereka cenderung lebih kecil dan datar. Ini tak jarang diikuti dengan saluran pernapasan yang kecil pula, sehingga mereka sering kesulitan bernapas
12. Rambut mereka lemas, tipis, dan jarang

E. Onset
Ketika hamil, ibunya tidak pernah merasa ada sesuatu yang salah pada kehamilannya. Setelah beberapa bulan kelahiran, baru ia menyadari ada sesuatu yang salah pada putrinya. Di usianya yang sudah tujuh bulan, dimana bayi-bayi lain sudah mulai duduk, ia bahkan belum bisa tengkurap. Ibunya memang merasa heran, tapi karena pengetahuan yang kurang, keadaan ini dibiarkan saja.

F. Prevalensi
Mencapai 1 dalam 1000 kelahiran. Di Amerika Serikat, setiap tahun lahir 3000 sampai 5000 anak dengan kelainan ini. Sedangkan di Indonesia prevalensinya lebih dari 300 ribu jiwa. Usia ibu diantara 35-39 tahun, maka kemungkinan melahirkan anak dengan sindrom down adalah 1 berbanding 280

BAB III
TREATMENT
A. TREATMENT RETARDASI MENTAL
Pendekatan yang dapat diberikan kepada anak retardasi mental adalah:
1. Occuppasional Therapy (Terapi Gerak)
Terapi ini diberikan kepada anak retardasi mental untuk melatih gerak funsional anggota tubuh (gerak kasar dan halus).
2. Play therapy (Terapi bermain)
Terapi yang diberikan kepada anak retardasi mental dengan cara bermain, misalnya: memberikan pelajaran tentang hitungan, anak diajarkan dengan cara sosiodrama, bermain jual-beli.
3. Activity Daily Living (ADL) atau Kemampuan Merawat Diri
Untuk memandirikan anak retardasi mental, mereka harus diberikan pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
4. Life Skill (Keterampilan hidup)
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak retardasi mental yang memiliki IQ dibawah rata-rata, mereka juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu, untuk bekal hidup, mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan keterampilan yang dimilikinya mereka diharapkan dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha.
5. Vocational Therapy (Terapi Bekerja)
Selain diberikan latihan keterampilan. Anak retardasi mental juga diberikan latihan kerja. Dengan bekal keterampilan yang telah dimilikinya, anak retardasi mental diharapkan dapat bekerja.



B. TREATMENT SINDROM DOWN
1. Mengajarkannya ketrampilan untuk merawat diri sehingga mereka menjadi mendiri
2. Melakukan kegiatan atau permainan bahasa yang dapat menarik perhatian mereka
3. Memilih alat permainan sesuai tahap perkembangan anak-anak
4. Senam otak adalah sejenis kegiatan therapy berbentuk senam yang ditujukan untuk memberikan kondisi relaksasi pada otak. Pada umumnya senam otak hanyalah gerakan-gerakan sederhana yang bisa dilakukan agar otak menjadi lebih rileks.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari ciri-ciri fisik yang ditunjukkan oleh Tr, yaitu :
a. tangan kecil
b. dahi lebar
c. rambut agak pirang, lemas, dan sedikit
d. dahinya lebar
e. matanya sipit tidak punya punya kelopak
f. kakinya lebar
g. kulitnya putih
Dapat disimpulkan bahwa Tr memiliki karakteristik fisik penderita Down Syndrome. Sedangkan bila kita lihat dari karakteristik anak retardasi mental menurut Brown et al, 1991; Wolery & Haring, 1994 pada Exceptional Children, fifth edition, p.485-486, 1996 kriteria yang dapat ditemui pada Tr adalah:
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru. Tr mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolahnya, bahkan akibat dari kesulitannya dalam belajar ia harus keluar dari sekolah.
2. Kemampuan bicaranya kurang. Tr kurang mampu mengelaborasikan kata demi kata, terkadang ia pun hanya bergumam saja.
3. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Tr kesulitan untuk melakukan pekerjaan untuk mengurus diri sendiri. Contohnya adalah Tr belum dapat dengan baik memakai baju sendiri, ia masih harus dibantu anggota keluarganya yang lain untuk melakukannya.

Meskipun tidak secara pasti diketahui berapa IQ yang dimiliki Tr, akan tetapi dari beberapa karakteristik baik fisik maupun perilakunya menunjukkan bahwa Tr pun mengalami retardasi mental. Apalagi Down Syndrome merupakan salah satu penyebab dari terjadinya retardasi mental. Juga didukung oleh kriteria yang dikeluarkan oleh American Asociation on Mental Deficiency, Tr pun mengalami kesulitan dalam perilaku adaptif dan kondidi yang dialaminya berkembang dalam usianya yang belum menginjak 18 tahun.
Hal yang sangat disayangkan kemudian adalah Tr tidak dimasukkan sekolah lagi. Tr, layaknya anak dengan retardasi mental dan Down Syndrome lainnya, juga dapat bersekolah meskipun tetap membutuhkan bantuan individual secara khusus. Dengan pendidikan dan dukungan yang tepat, Tr dapat diajari untuk belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas aritmatika sederhana.
Tr juga memerlukan bantuan dalam kemampuan adaptasinya, yaitu keterampilan untuk hidup, mengurus diri sendiri, bekerja, dan bergaul dalam komunitas. Guru dan orang tua dapat membantunya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut baik di rumah maupun di sekolah. Beberapa keterampilan yang bisa diajarkan :
• Berkomunikasi dengan orang lain
• Mengurusi kebutuhan diri sendiri (memakai baju, pergi ke kamar mandi)
• Kesehatan dan keselamatan
• Pekerjaan rumah tangga (membantu untuk menata meja, membersihkan rumah, atau membantu memasak)
• Keterampilan sosial (perilaku yang baik, sopan santun, memainkan permainan)
• Membaca, menulis, matematika sederhana


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental. Down syndrome adalah kelainan dengan ciri dan karakteristik fisik antara lain bagian belakang kepala rata (flattening of the back of the head), mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis mata miring (slatning of the eyelids), telinga lebih kecil, mulut yang mungil,otot lunak, persendian longgar (loose ligament) dan tangan serta kaki mungil.
Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21. manusia memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua) melainkan tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata lain down syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47 buah. Akibatnya, terjadi gangguan sistem metabolisme di dalam sel
Abnormalitas kromosom yang paling umum memnyebabkan retardasi mental adalah down syndrome. Anak-anak down syndrome menderita berbagai defisit dalam belajar dan perkembangan. Anak-anak ini mengalami defisit memori, khususnya untuk informasi ynag ditampilkan secara verbal. Sehingga sulit untuk belajar di sekolah. Mereka juga mengalami kesulitan mengikuti instruksi dari guru, dan mengekspresikan pemikiran dan kebutuhan mereka dengan jelas secara verbal dengan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik mereka dapat belajar membaca, menulis, dan mengerjakan tugas aritmatika sederhana.

SARAN
1. bagi orang tua yang memiliki anak Down Syndrome dan retardasi mental tidak perlu malu menerima keadaan anaknya dan mengusahakan konsultasi dengan pihak yang berkompeten agar dapat memberikan pendidikan yang tepat dan dukungan yang baik bagi anak.
2. menerapkan terapi yang tepat untuk tumbuh kembang anak yang optimal meski memiliki kebutuhan khusus.



Daftar Pustaka


Rathus, S.A., Nevid, J.J. 2005. Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

The Arc of the United States. 2004. Mental Retardation http://www.nichcy.org/pubs/factshe/fs8txt.htm. Diakses tanggal 26 September 2007

Down Syndrome. http://en.wikipedia.org/wiki/Down_syndrome. diakses tanggal 27 September 2007

Down Syndrome. http://www.kidshealth.org/parent/medical/genetic/down_syndrome.html. dfiakses tanggal 27 September 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar